Tempe
merupakan makanan tradisional yang berasal dari Indonesia. Tidak jelas
kapan pembuatan tempe dimulai. Namun demikian, makanan tradisional ini
sudah dikenal sejak berabad-abad lalu, terutama dalam tatanan budaya
makan masyarakat Jawa, khusus nya di Yogyakarta dan Surakarta dalam bab 3
dan bab 12 manuskrip Serat Centhini dengan seting Jawa abad ke-16
(Serat Centhini sendiri ditulis pada awal abad ke-19) telah ditemukan
kata ‘Tempe’. Dari sejarah yang tersedia menunjukkan bahwa mungkin pada
mulanya tempe diprosuksi dari kedelai hitam (Glicine soja), berasal dari
masyarakat pedesaan tradisional Jawa, mungkin dikembangkan di daerah
Mataran, Jateng, dan berkembang sebelum abad ke-16.
Kacang – kacangan dan biji – bijian seperti kacang kedelai, kacang
tanah, biji kecipir, koro, kelapa, dan lain – lain merupakan bahan
pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat penting peranan nya
dalam kehidupan. Asam amino yang terkandung dalam proteinnya tidak
selengkap protein hewani, namun penambahan bahan lain seperti wijen,
jagung atau menir adalah sangat baik untuk menjaga keseimbangan asam
amino tersebut.
Kacang – kacangan dan umbi – umbian cepat sekali terkena jamur
(aflatoksin) sehingga mudah menjadi layu dan busuk. Untuk mengatasi
masalah ini, bahan tersebut perlu diawetkan. Hasil olahannya dapat
berupa makanan seperti keripik, tahu dan tempe, serta minuman seperti
bubuk dan susu kedelai.
Kedelai mengandung protein 35% bahkan pada varitas unggul kadar
proteinnya dapat mencapai 40 – 43%. Dibandingkan dengan beras, jagung,
tepung singkong, kacang hijau, daging, ikan segar, dan telur ayam,
kedelai mempunyai kandungan protein yang lebih tinggi, hampir menyamai
kadar protein susu skim kering.
Bila seseorang tidak boleh atau tidak dapat makan daging atau sumber
protein hewani lain nya, kebutuhan protein sebesar 55gram per hari dapat
dipenuhi dengan makanan yang berasal dari 157,14 gram kedelai.
Kedelai dapat diolah menjadi tempe, keripik tempe, tahu, kecap, susu,
dan lain – lainnya. Proses pengolahan kedelai menjadi berbagai makanan
pada umumnya merupakan proses yang sederhana, dan peralatan yang
digunakan cukup dengan alat-alat yang biasa dipakai di rumah tangga,
kecuali mesin pengupas, penggiling, dan cetakan.
Tabel 1. Komposisi Kedelai per 100 gram Bahan
KOMPONEN
|
KADAR (%)
|
Protein
Lemak
Karbohidrat
Air
|
35-45
18-32
12-30
7
|
Tabel 2. Perbandingan Antara Kadar Protein Kedelai Dengan Beberapa Bahan Makanan Lain
BAHAN MAKANAN
|
PROTEIN (% BERAT)
|
Susu skim kering
Kedelai
Kacang hijau
Daging
Ikan segar
Telur ayam
Jagung
Beras
Tepung singkong
|
36,00
35,00
22,00
19,00
17,00
13,00
9,20
6,80
1,10
|
Pembuatan tempe secara tradisional biasanya menggunakan tepung tempe
yang dikeringkan di bawah sinar matahari. Sekarang pembuatan tempe ada
juga yang menggunakan ragi tempe.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada proses pengolahan tempe agar diperoleh hasil yang baik ialah :
1. Kedelai harus dipilih yang baik (tidak busuk) dan tidak kotor
2. Air harus jernih, tidak berbau dan tidak mengandung kuman penyakit
3. Cara pengerjaannya harus bersih
4. Bibit tempe (ragi tempe) harus dipilih yang masih aktif (bila diremas membentuk butiran halus dan tidak menggumpal).
METODELOGI
A. Alat dan Bahan
Alat :
1. Baskom
2. Daun pisang atau kantong plastic
3. Koran
4. Tampah
5. Panci
6. Sendok
7. Timbangan
8. Kompor
9. Tusuk gigi
Bahan :
1. Kedelai putih (Glicine max)
2. Ragi tempe
3. Air
B. Cara kerja
1. Kedelai dicuci arinya terkelupas dan bersih
2. Kemudian, kedelai direndam selama ± 6 jam
3. Setelah
direndam kedelai pun direbus hingga matang, dan didinginkan diatas
tampah (nampan) hingga air nya tuntas dan kedelai nya dingin.
4. Kemudian kedelai diletakkan kedalam baskom dan di cuci dengan air hingga bersih dan setelah itu kering kan kembali.
5. Setelah
kedelai kering tidak mengandung air lagi, masukkan 2 gram ragi yang
telah ditimbang secara perlahan dan diaduk sampai merata
6. Kemudian,
kedelai yang telah dicampur rata dengan ragi dikemas dengan menggunakan
daun pisang atau plastik, jika menggunakan plastik lubangi plastik
dengan tusuk gigi untuk ruang udara agar tidak busuk
7. Setelah itu diamkan tempe yang telah dibungkus selama 1-2 hari.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Jadwal Pembuatan Tempe
WAKTU
|
KEGIATAN
|
20 September 2010
|
1. Merebus
2. Memberi ragi
3. Membungkus
|
22 September 2010
|
1. Melihat hasil
2. Mengamati
|
Table 2. Hasil Pengamatan Tempe
INDIKATOR
|
HASIL PENGAMATAN
|
Warna
|
1. Putih
2. Cream
|
Bau
|
Bau tempe pada umumnya, akan tetapi bau dari kedelai nya masih menyengat
|
Tekstur
|
Permukaan tempe halus
|
Rasa
|
Hambar
|
Kandungan Air
|
Tidak ada
|
PEMBAHASAN
Ragi tempe dapat menumbuh kembangkan jamur Rhizhopus sp pada
medium kedelai. Jamur ini membetuk hifa-hifa yang sangat banyak,
sehingga pada kedelai dibungkus oleh hifa-hifa ini. Pada kedelai yang
bersih dan telah masak, jamur ini akan tumbuh dengan sempurna dan tidak
pecah.
Jamur
yang tumbuh ini juga dapat membusuk jika tidak ada oksigen yang masuk
sehingga menyebabkan penumpukan air. Ragi ini dapat dikembangbiakan dari
biakan murni atau pengawetan.
Jamur yang membungkus kedelai ini lah yang disebut tempe. Suatu makanan fermentasi dari jamur Rhizhopus sp.
KESIMPULAN
Kegiatan peragian pada tempe ini dilakukan untuk membuktikan bahwa ragi
tempe yang telah diawetkan dalam bentuk bubuk dapat menumbuhkembangkan
jamur tempe (Rhizopus Oryzae), setelah cara kerja yang ada dilakukan.
Hifa yang tumbuh merata pada seluruh bagian kedelai yang dibungkus
menggunakan plastik atau daun pisang, dalam masa fermentasi bungkusan di
diamkan selama 1-2 hari. Tetapi pada plastik yang tidak diberi lubang,
akan terjadi penumpukan air karena tidak ada pernapasan sehingga
menyebabkan pembusukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar